PALEMBANG | AndoraNews: Konferensi petani Kelapa Sawit Palembang terbesar di Indonesia kali ini dilaksanakan di Hotel Aryaduta Palembang Sumsel (29-30/11/2022) dibuka oleh Wakil Gubernur Sumsel, Mawardi Yahya.
Kegiatan Indonesian Palm Oil Smallholders Conferences & Expo kedua tahun 2022 (2nd IPOSC & Expo 2022) yang dilaksanakan tahun 2022 ini merupakan konferensi petani kelapa sawit terbesar di Indonesia karena dihadiri oleh ratusan petani sawit dari utusan seluruh komunitas Sawit yang ada di Indonesia.
Pada acara yang dihadiri oleh Pembina POPSI
Ir. Gamal Nasir, MS, Dirut BPDPKS
Eddy Abdurrachman, Dirjen Perkebunan
Andi Nur Alam Syah, STP, M.T, Gubernur Sumsel
H. Herman Deru, S.H, M.M. yang diwakili oleh WaGub Sumsel, Mawardi Yahya.
Terlihat juga hadir Deputi II Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, Andi Nur Alamsyah, STP, M.T,Direktur Jenderal Perkebunan Kementan RI. serta Eddy Abdurrahman, Dirut Utama BPDPKS juga Joko Supriono Ketua Umum Gapki GAPKI Pusat , Alex Sugiarto Ketua GAPKI Sumsel dan Kepala Dinas Perkebunan Sumsel,
Ir. Agus Darwa M.Si. Direktur Direktur Jendral Perkebunan Ir. Baginda Siagian, M.si, termasuk
Perusahaan Sertifikasi ISPO Petani serta beberapa konsorsium dan konsultan petani sawit Indonesia.
Sementara utusan dari SPKS kabupaten Pasaman Barat sebanyak 6 orang yang terdiri dari Asben Nasution, Taufiq Nasution dan Abdi A Simamora, Nanang Sahputra serta Zulkifli Nasution dipimpin oleh Muslih Hidayat juga terlihat hadir pada kesempatan itu.
Menurut Mawardi Yahya, saat memberikan sambutannya, acara Indonesian Palm Oil Smallholders Conferences & Expo yang kedua tahun 2022 (2nd IPOSC & Expo 2022) di Palembang merupakan yang terbesar saat ini.
Mawardi juga berharap,hendaknya 2nd IPOSC & Expo 2022 ini mampu memberikan peluang kepada masyarakat atau memberikan ruang bagi petani sawit dalam melakukan inovasi.
Mawardi mengatakan, perkebunan kelapa sawit saat ini telah banyak memberikan manfaat, bahkan juga mampu menyerap tenaga kerja, hingga secara nyata bukan saja dapat mendongkrak peningkatan ekonomi bagi para petani itu sendiri, namun ikut membantu ekonomi masyarakat sekitar perkebunan.
“Saya senang petani melakukan konferensi di hotel bintang lima. Artinya masa depan petani kelapa sawit cerah,” ujar Mawardi.
Perkumpulan Forum Petani Kelapa Sawit Jaya Indonesia is (POPS) yang beranggotakan Asosiasi dan Serikat Petani Kelapa Sawit seperti, Aspekpir, SPKS, Apkasindo Perjuangan dan JaPSB serta JPSN, dalam melakukan acara Indonesia Palm Oil Smallhoder Conferences (IPOSC) & Expo ke II Tahun 2022, mengangkat tema Tantangan dan Peluang Petani Sawit Dalam Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan yang di laksanakan di Hotel Aryaduta Palembang.
Wakil Gubernur Sumatera Selatan, H Mawardi Yahya menyampaikan, saat ini tidak hanya persoalan produktivitas kelapa sawit rakyat saja yang ada, tetapi bagaimana menjamin benih-benih yang unggul, berkualitas dan bersertifikat serta menjaga konsistensi dalam hal kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
“tentu hal tersebut harus ditunjang adanya pengetahuan yang dapat menyeimbangkan antara harga sawit dengan penyediaan pupuk, dimana hal ini harus dilaksanakan secara konsisten, hingga akan memberi peluang kepada para petani dalam membantu meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan kehidupan rakyat Indonesia secara unum,”terangnya.
Mawardi juga berharap, kegiatan ini dapat menjadi inisiatif komitmen yang berkelanjutan dalam memaknai kolaborasi antara stakeholder per-kelapa sawitan di pusat dan daerah dalam pembangunan kelapa sawit nasional.
Sementara Ketua Perkumpulan Forum Petani Kelapa Sawit Jaya Indonesia (POPSI), Pahala Sibuea mengungkapkan, selain harga yang belum kompetitif saat ini, juga yang menjadi permasalahan bagi petani adalah harga pupuk yang setiap tahun naik.
“apa lagi saat ini, harga sawit selalu berubah-ubah, seperti saat saya turun langsung ke lapangan beberapa waktu yang lalu, ketika itu harga sawit petani sangat bobrok sekali, bahkan ada yang mencapai harga Rp. 400 dari Rp.3000 – Rp. 4000 sebelumnya,” terang Pahala.
Menurut Pahala, harga sawit saat ini memang mulai beranjak dari Rp. 2500 sampai Rp. 2800, namun Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp.2000 sampai Rp.2400.
“makanya kita juga harus mengedukasi para petani, seperti bibit itu tidak bisa sembarangan harus sesuai dengan keadaannya,” bebernya.
Pihaknya dalam hal ini memberikan edukasi dan pembinaan petani untuk berkebun berkelanjutan melalui anggota asosiasi.
Lebih lanjut tutur Pahala, tujuan dari acara ini diharapkan bisa memberikan wawasan kepada petani dan asosiasi petani sawit, sekaligus mentransformasikan petani kelapa supaya bisa segera naik kelas. “Supaya bisa naik kelas itu perlu di dukung beberapa hal semisal merubah pola pikir, perilaku dan berkolaborasi atau bermitra,” ungkap Pahala.
Disisi lain, H.Rudi Arpian selaku Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan menambahkan, dilihat dari jumlahnya sendiri target 25% yang sudah di expor, tahun 2025 harus sudah selesai keuntungan sesudah expor, artinya sawit kita sudah berkelanjutan, jadi pembinaan dan ada usul dari sawit itu harus sudah jelas tidak meragukan lagi bagi konsumen luar negeri untuk membeli CPO kita.
“Ini membuktikan bahwa kita ramah lingkungan tidak memperkejakan karyawan di bawah umur statusnya kwalitas nya jelas,” tutupnya.
(Zoelnasti)
PALEMBANG| …: Konferensi petani Kelapa Sawit Palembang terbesar di Indonesia kali ini dilaksanakan di Hotel Aryaduta Palembang Sumsel (29-30/11/2022) dibuka oleh Wakil Gubernur Sumsel, Mawardi Yahya.
Kegiatan Indonesian Palm Oil Smallholders Conferences & Expo kedua tahun 2022 (2nd IPOSC & Expo 2022) yang dilaksanakan tahun 2022 ini merupakan konferensi petani kelapa sawit terbesar di Indonesia karena dihadiri oleh ratusan petani sawit dari utusan seluruh komunitas Sawit yang ada di Indonesia.
Pada acara yang dihadiri oleh Pembina POPSI
Ir. Gamal Nasir, MS, Dirut BPDPKS
Eddy Abdurrachman, Dirjen Perkebunan
Andi Nur Alam Syah, STP, M.T, Gubernur Sumsel
H. Herman Deru, S.H, M.M. yang diwakili oleh WaGub Sumsel, Mawardi Yahya.
Terlihat juga hadir Deputi II Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, Andi Nur Alamsyah, STP, M.T,Direktur Jenderal Perkebunan Kementan RI. serta Eddy Abdurrahman, Dirut Utama BPDPKS juga Joko Supriono Ketua Umum Gapki GAPKI Pusat , Alex Sugiarto Ketua GAPKI Sumsel dan Kepala Dinas Perkebunan Sumsel,
Ir. Agus Darwa M.Si. Direktur Direktur Jendral Perkebunan Ir. Baginda Siagian, M.si, termasuk
Perusahaan Sertifikasi ISPO Petani serta beberapa konsorsium dan konsultan petani sawit Indonesia.
Sementara utusan dari SPKS kabupaten Pasaman Barat sebanyak 6 orang yang terdiri dari Asben Nasution, Taufiq Nasution dan Abdi A Simamora, Nanang Sahputra serta Zulkifli Nasution dipimpin oleh Muslih Hidayat juga terlihat hadir pada kesempatan itu.
Menurut Mawardi Yahya, saat memberikan sambutannya, acara Indonesian Palm Oil Smallholders Conferences & Expo yang kedua tahun 2022 (2nd IPOSC & Expo 2022) di Palembang merupakan yang terbesar saat ini.
Mawardi juga berharap,hendaknya 2nd IPOSC & Expo 2022 ini mampu memberikan peluang kepada masyarakat atau memberikan ruang bagi petani sawit dalam melakukan inovasi.
Mawardi mengatakan, perkebunan kelapa sawit saat ini telah banyak memberikan manfaat, bahkan juga mampu menyerap tenaga kerja, hingga secara nyata bukan saja dapat mendongkrak peningkatan ekonomi bagi para petani itu sendiri, namun ikut membantu ekonomi masyarakat sekitar perkebunan.
“Saya senang petani melakukan konferensi di hotel bintang lima. Artinya masa depan petani kelapa sawit cerah,” ujar Mawardi.
Perkumpulan Forum Petani Kelapa Sawit Jaya Indonesia is (POPS) yang beranggotakan Asosiasi dan Serikat Petani Kelapa Sawit seperti, Aspekpir, SPKS, Apkasindo Perjuangan dan JaPSB serta JPSN, dalam melakukan acara Indonesia Palm Oil Smallhoder Conferences (IPOSC) & Expo ke II Tahun 2022, mengangkat tema Tantangan dan Peluang Petani Sawit Dalam Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan yang di laksanakan di Hotel Aryaduta Palembang.
Wakil Gubernur Sumatera Selatan, H Mawardi Yahya menyampaikan, saat ini tidak hanya persoalan produktivitas kelapa sawit rakyat saja yang ada, tetapi bagaimana menjamin benih-benih yang unggul, berkualitas dan bersertifikat serta menjaga konsistensi dalam hal kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
“tentu hal tersebut harus ditunjang adanya pengetahuan yang dapat menyeimbangkan antara harga sawit dengan penyediaan pupuk, dimana hal ini harus dilaksanakan secara konsisten, hingga akan memberi peluang kepada para petani dalam membantu meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan kehidupan rakyat Indonesia secara unum,”terangnya.
Mawardi juga berharap, kegiatan ini dapat menjadi inisiatif komitmen yang berkelanjutan dalam memaknai kolaborasi antara stakeholder per-kelapa sawitan di pusat dan daerah dalam pembangunan kelapa sawit nasional.
Sementara Ketua Perkumpulan Forum Petani Kelapa Sawit Jaya Indonesia (POPSI), Pahala Sibuea mengungkapkan, selain harga yang belum kompetitif saat ini, juga yang menjadi permasalahan bagi petani adalah harga pupuk yang setiap tahun naik.
“apa lagi saat ini, harga sawit selalu berubah-ubah, seperti saat saya turun langsung ke lapangan beberapa waktu yang lalu, ketika itu harga sawit petani sangat bobrok sekali, bahkan ada yang mencapai harga Rp. 400 dari Rp.3000 – Rp. 4000 sebelumnya,” terang Pahala.
Menurut Pahala, harga sawit saat ini memang mulai beranjak dari Rp. 2500 sampai Rp. 2800, namun Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp.2000 sampai Rp.2400.
“makanya kita juga harus mengedukasi para petani, seperti bibit itu tidak bisa sembarangan harus sesuai dengan keadaannya,” bebernya.
Pihaknya dalam hal ini memberikan edukasi dan pembinaan petani untuk berkebun berkelanjutan melalui anggota asosiasi.
Lebih lanjut tutur Pahala, tujuan dari acara ini diharapkan bisa memberikan wawasan kepada petani dan asosiasi petani sawit, sekaligus mentransformasikan petani kelapa supaya bisa segera naik kelas. “Supaya bisa naik kelas itu perlu di dukung beberapa hal semisal merubah pola pikir, perilaku dan berkolaborasi atau bermitra,” ungkap Pahala.
Disisi lain, H.Rudi Arpian selaku Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan menambahkan, dilihat dari jumlahnya sendiri target 25% yang sudah di expor, tahun 2025 harus sudah selesai keuntungan sesudah expor, artinya sawit kita sudah berkelanjutan, jadi pembinaan dan ada usul dari sawit itu harus sudah jelas tidak meragukan lagi bagi konsumen luar negeri untuk membeli CPO kita.
“Ini membuktikan bahwa kita ramah lingkungan tidak memperkejakan karyawan di bawah umur statusnya kwalitas nya jelas,” tutupnya.
(Zoelnasti) a-News.