JAKARTA | AndoraNews : Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid mengingatkan bahwa ajaran-ajaran ekstremisme beragama yang mengarah pada terorisme diduga kuat telah menyusup ke dalam kelompok-kelompok relawan pendukung calon presiden (Capres) 2024.
“Saya menduga hampir dipastikan kelompok-kelompok atau paham-paham ekstremisme beragama yang mengajarkan radikalisme dan terorisme itu menyelinap masuk ke dalam pusaran politik pendukung capres, terutama pada dua capres,” kata Habib Syakur kepada awak media di Jakarta, Senin (07/08/2023).
Habib Syakur tidak menyangkal ketika dua kandidat capres yang dimaksud dalam dugaannya itu adalah Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Bahkan ia juga tidak menyangkal bahwa parpol pendukungnya pun sangat mungkin disusupi kelompok ekstremisme beragama dimaksud.
“(Ekstremisme beragama dan terorisme, red) Patut diduga menyusup di antara relawan-relawan pendukung dua capres,” tegasnya.
Apakah ini bisa dibebaskan? Habib Syakur menilai masalah ini hanya bisa diatasi dengan adanya komitmen dan soliditas para penyelenggara pemilu bersama lembaga-lembaga terkait. Yakni KPU dan Bawaslu dengan Densus 88 Antin-Teror Mabes Polri serta BNPT.
“Maka tentunya KPU Bawaslu bersama Densus 88 dan jajaran Kementerian dibawah Koordinator Menkopolhukam, wajib melaksanakan dan mengawasi kinerja partai serta para kandidat capres. Siapa saja yang mendukungnya agar jangan sampai penyusup gelap kelompok radikal terorisme berkeliaran bebas masuk dan mempengaruhi,” jelas Habib Syakur.
Ulama asal Malang Raya ini pun mendorong agar dibuat semacam Pakta Integritas Anti Ekstremisme Terorisme Khilafah bagi para kandidat Capres 2024, bahkan parpol-parpol peserta pemilu juga harus mewajibkan pakta integritas itu bagi para calegnya.
“Ini langkah antisipasi sekaligus aksi perlawanan. Yakni melaksanakan pakata integritas partai dan kandidat capres suapaya tak mudah disusupi oleh kelompok atas nama relawan capres, yang patut diduga adalah kelompok radikal yang ujung kegiatannya adalah teroris. Nah, Pakta integritas ini perlu melibatkan peranan Densus 88 dan BNPT juga,” papar Habib Syakur.
Habib Syakur mendukung bahkan mengapresiasi sepenuhnya kinerja Densus 88 yang semakin hari dinilai semakin baik, yakni dengan mengedepankan pendekatan humanisme dalam menghadapi para kelompok teroris.
Bagi Habib Syakur, masyarakat Indonesia tentunya mengapresiasi kinerja Densus 88 yang melakukan penangkapan dan pencegahan dengan cara humanisme tanpa kekerasan.
Densus 88, lanjut Habib Syakur, juga melakukan program deradikalisasi dengan cinta kasih terhadap para nara pidana (napi) terorisme ataupun keluarga napi teroris.
“Langkah Densus 88 yang humanis ini memperhatikan tuntunan dasar negara kita, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Sila ke-2 Pancasila, red). Jadi harus kita kaji bahwa semua yang dilakukan Densus 88 semakin berkembang sesuai dengan asas kemanusiaan. Menerapkan prinsip dasar kasih sayang dalam kemanusiaan,” tuntas Habib Syakur. *Kop.
Editor : Dessi Kumalasari.